Selasa, 23 Agustus 2011

#Sore

Cerita ini kumulai dari sore itu...

Meski warna kemerahannya mencolok, matahari terlihat meredup. Langit pun mulai berubah menjadi ungu, biru, dan makin gelap di timur sana. Aku terus memperhatikannya, dan sudah 25 menit berlalu. Berarti, sudah 25 menit angin sore mengibar jilbab putihku di tengah kerumunan mesin-mesin pengangkut manusia itu. Berdesakkan, dan sukses membuat sepedaku berhanti bergerak. Perlu kuulangi? Sudah 25 menit!

Ahh... Aku mengerti semua orang ingin cepat-cepat pulang, aku pun juga begitu. Jalanan becek, yah, seperti bajuku yang ikutan lepek terkena keringat terguyur gerimis terciprat kubangan coklat di lubang jalan. Semua pasti percaya, sore ini benar-benar memuakkan! Mungkin, bapak-bapak yang ada di depanku hampir batal puasanya karena tak henti mencaci-maki kemacetan yang mendidihkan emosi.

Sedangkan aku? Sudah belasan kali melayankan pandangan ke arah jam tangan. Oh tidak! 15 menit lagi waktu berbuka. Dan aku masih berada 1,5 km lagi dari rumah. pikiranku melayang-layang, terbang-terbangan tak karuan ditiup rasa lelah dan lemas sedari 2 jam yang lalu. Lalu, perutku mulai melancarkan aksinya, "krrrrr" tuh kan sudah berbunyi, yang artinya hanya satu l-a-p-a-r! Aku mendongakkan kepalaku setinggi mungkin, penasaran apa sebenarnya yang terjadi jauuuuuhh di depan sana. Tapi, ahh... terhalang truk kuning yang bertuliskan "Doa Ibu". Melihatnya, pikiranku tertiup rasa khawatir. Bunda! Pasti sekarang bunda sedang cemas mengetahui sampai sekarang anaknya belum pulang. padahal tadi pagi hanya izin pergi sampai pukul 2 siang saja. tapi, jam berapa ini?! 17.43! Terlambat 3 jam 43 menit. Astaghfirullah, bun. Ren melanggar janji kali ini. Entah apa yang sedang bunda pikirkan di rumah sana.

Serius. Mungkin ini yang namanya cobaan dalam berpuasa. Mungkin inilah yang disebut-sebut hal paling sulit dilalui bagi para penikmat puasa. Mungkin ini sensasi paling nikmat saat menjaga kefitrahan puasanya. Yaitu tetap menahan emosi. Di satu jalan panjang ini, emosi semua orang sudah campur aduk. Entah namanya sudah jadi apa. Melihat orang marah-marah rasanya ikutan terbawa marah, setidaknya ikutan kesal. Di saat-saat seperti ini nih, cuma satu yang bisa aku lakukan. Cuma doa! Ya! Berdoa pada Pemilik Rasa, siapa lagi kalau bukan Allah. Ya Allah, kuatkan aku...

Berkali-kali kucoba meminggirkan sepedaku ke trotoar. Tenagaku hampir tak tersisa. Sudah tidak percaya diri lagi untuk menggoes sepeda sampai ke rumah. Tapi nasib, buat mundur saja sudah tidak bisa! inilah yang dinamakan STUCK!

Alhamdulillah! Baru saja berdoa, langsung dijabah, dikabulkan, dan terealisasi dengan ajaibnya sama Allah. Tidak jadi stuck deh, hahaha. Dengan semangat dan tenaga yang nyaris tak tersisa, bismillah... kugoes sepedaku


BRAK!
cukup, aku tak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi lagi.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar